Dari hasil laba produk-produk tersebut disumbangkan untuk mendukung penjajahan Israel dan membuat persenjataan untuk menembaki warga Palestina.
Salah satu bentuk pembelaan kita kepada saudara seaqidah dan menjadi upaya perlawanan terhadap Zionis adalah dengan memboikot produk-produk penyumbang Israel, tegas blog muslimina.blogspot.com.
Saya mendapatkan grafik di bawah ini bersumber dari percarian Illusion of Choice. Saya tidak akan membahas kepada siapa uang mengalir dan digunakan untuk apa. Tapi cobalah perhatikan, brand-brand produk kecil yang kita kenal. Ini belum seberapa, untuk produk dalam negeri, beberapa diantaranya berganti merek untuk menyesuaikan pangsa pasar lokal.
Gambar nama brand-brand itu seperti satu pohon dimana buah-buahnya kita petik dengan rasa dan bentuk yang berbeda. Perhatikan posisi KFC, dan Pizza Hut mereka masih satu ikatan perusahaan! Klik saja untuk memperbesar gambarnya. Menilik situs Yum.com taglinenya adalah Yum! Brands - Defining Global Company that Feed the World.
Aridh adalah konsultan desain terpadu yang melayani klien global, didirikan pada tanggal 7 Agustus 2010 di... fb.me/1E6yXaP76
— Aridh Design (@AridhConsulting) April 9, 2013
Yum! sejalan dengan Unilever yang pada artikel saya, "Merek Kuat Sebagai Investasi Masa Depan." Niall Fitzgerald, co-chairman dari UNILEVER menyatakan bahwa kami bukan lagi membuat perusahaan, tapi kami sebuah grup pemasaran brand yang membuat beberapa produk. Produk Unilever, seperti merek pasta gigi Pepsodent saja, punya deretan pilihan produknya.
- Pepsodent White Pencegah Gigi Berlubang
- Pepsodent Whitening
- Pepsodent Sensitive
- Pepsodent Herbal
- Pepsodent Complete 12
- Pepsodent Complete + Gum Care
- Pepsodent Gigi Susu Strawberry
- Pepsodent Gigi Susu Orange
- Pepsodent Complete 8
- Pepsodent Center Fresh
- Pepsodent Anak Dora dan Diego, Pagi dan Malam
- Pepsodent Mouth Wash
- Pepsodent White Now
- Pepsodent Sensitive Expert
- Pepsodent Tooth Brush: Smart Clean, Family, Fighter, Easy Clean, Extra, Double Care, Torsion, Whitening
Pada dasarnya kita tetap punya pilihan, tapi uang yang kita belanjakan larinya ke beberapa perusahaan itu lagi. Itulah yang disebut ilusi pilihan.
Salam bersahabat, Agus Ridwan Sopari