Merek merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang apabila dikelola dengan maksimal akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan yang mengelolanya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa merek-merek global yang sudah bertahan puluhan tahun beberapa diantaranya kini berhasil menjadi merek-merek termahal karena dikelola oleh perencanaan manajemen merek yang sukses. Ada kalanya perusahaan berpikir bahwa berinvestasi pada aset seperti gedung, tanah dan mesin adalah investasi riil yang memberikan suatu manfaat bagi perusahaan dibandingkan berinvestasi pada merek.
Gedung-gedung termakan oleh usia dan menjadi rusak. Mesin-mesin menjadi aus. Manusia Meninggal. Namun merek tetap bertahan ” - Sir Hector Laing – (CEO United Biscuits plc)
The Jakarta Consulting Group menyebutkan, jika kita masuk lebih dalam lagi dalam dinamika kompetisi, kita berbicara mengenai manajemen merek. Dalam peta persaingan yang ketat diperlukan positioning merek yang tajam, yang menggambarkan diferensiasi dibandingkan kompetitor. Merek harus diasosiasikan dengan sejumlah atribut yang merupakan benefit yang ditawarkan oleh merek, yang berbeda dengan kompetitor. Agar komunikasi dapat terbentuk dan menimbulkan asosiasi yang kuat antara merk dan atribut-atributnya.
Niall Fitzgerald, co-chairman dari UNILEVER, sebuah perusahaan grup kolaborasi Inggris dan Belanda menyadari perubahan ini saat mengatakan “We’re not a manufacturing company any more, we’re a brand marketing group that happens to make some of its products “ (Willman, 2000).
Stephen King dari WPP Group London juga mengatakan “A product is something that is made in factory; a brand is something that is bought by a customer. A product can be copied by a competitor; a brand is unique. A product can be quickly outdated; a successful brand is timeless”.
Perancangan sebuah logo, simbol atau gambar organisasi bisnis, produk atau pun organisasi sosial merupakan brand indentity. Logo menjadi unsur ekstrinsik, sedangkan merek adalah unsur instrinsiknya. Brand identity ini (logo, simbol, typeface, nama) dikomunikasikan kepada konsumen dan terbentuklah brand image sesuai dengan persepsi mereka. Jadi bukan rumit atau sederhana dari desain logo tetapi sikap menghargai yang akan mempunyai kekuatan nilai dari sebuah logo yang membentuk brand awareness.
Jasa #KonsultanDesain #UKM Indonesia #brand #logo #packaging #interior - contact me @AridhConsulting | info@aridh.co.id
— Agus Ridwan Sopari (@aridwansopari) October 8, 2013
Oiya, apa jawaban Anda atas pertanyaan tadi. Jika saya menyebutkan pasta gigi, kebanyakan menunjuk nama Odol atau Pepsodent. Kini di Indonesia Odol menjadi sebutan generik pasta gigi, ia adalah obat kumur antiseptik yang diakui pertama ada, dipasarkan oleh Swiss Karl Agustus Lingner pada tahun 1893 dan sebenarnya masih di pasar dan tersedia untuk dijual kepada masyarakat umum. Sayangnya tidak ada pemberitaan yang lengkap, apakah merek Odol ini masih berproduksi sejak berhentinya Perang Dunia kedua.
Merek-merek global telah menjadi merek terdepan dan menjadi kebanggaan pelanggannya. Sebut saja, Levi’s sebagai merek celana yang keren, Mc Donald sebagai merek makanan cepat saji, Rinso sebagai merek deterjen, Coca-cola sebagai minuman berkarbonat pertama, sepeda motor di belahan Indonesia lain tetap disebut Honda meski wujudnya merek lain, Teh Botol SOSRO dan AQUA sebagai minuman teh dan air mineral kemasan pertama, Starbuck Café si penjual kopi dan tentunya Odol si pasta gigi pertama yang kadang jika ada yang bermerek Pepsodent pun dibilangnya Odol juga. Bagi kita nama Odol mungkin familiar, tetapi karena mereknya tidak dibangun dengan manajemen merek yang baik maka tidak akan pernah bisa survive bersaing. Mencontoh Coca-cola, tetap beriklan untuk membangun brand image-nya agar tetap langgeng.
Salah satu pendiri IDEO, sebuah konsultan desain di California AS yang sudah mendunia pernah mengatakan, jangan jual produk Anda tapi jualah merek Anda. Pernyataan itu bukan main membingungkan, tetapi setelah pemahaman yang mendalam ternyata memang masuk diakal. Merek yang kuat adalah kemampuannya untuk menciptakan suatu persepsi yang konsisten berdasarkan hubungannya dengan para pelanggan. Kondisinya adalah ketika kita menyebutkan produk tertentu maka tanyakan pada orang lain, jika jawabannya adalah merek Anda, maka merek Andalah yang kuat.
Fokuslah pd target omzet, tugas saya membuat pelanggan punya alasan membeli produk Anda
— Agus Ridwan Sopari (@KangAridh) April 2, 2013
Secara umum merek yang kuat adalah (1) berharga, yaitu dalam pengembangan mereka dapat membantu perusahaan untuk membuka peluang / kesempatan (melalui brand extension) dan menetralisir ancaman lingkungan persaingan; (2) jarang dimiliki oleh kompetitor saat ini maupun kompetitor potensial; (3) mahal untuk ditiru dan (4) tidak ada pengganti / substitutor strategis (Barney, 1991).
Tak akan lari jika pelanggan sudah percaya dan loyal terhadap merek. Harga yang mahal pun tetap dibeli, karena merek meyakinkan kepada pelanggan janji-janji yang pasti akan produk/jasa yang melekat dengannya. Pun demikian dengan kepercayaan para investor terhadap merek, bahwa merek Anda kuat dan mempunyai potensi untuk berkembang sehingga mempunyai nilai investasi masa depan yang menjanjikan.
Salam sukses, Agus Ridwan Sopari @AridhConsulting
[…] sejalan dengan Unilever yang pada artikel saya, “Merek Kuat Sebagai Investasi Masa Depan.” Niall Fitzgerald, co-chairman dari UNILEVER menyatakan bahwa kami bukan lagi membuat perusahaan, […]